Acara :
Uji sensitivitas mikroba terhadap antibiotik dan agensia kimia dengan metode
difusi.
Tujuan : Mengetahui kepekaan mikroba terhadap
antibiotik dan agensia kimia (desinfektan,antiseptik) dengan metode difusi.
Prinsip : Antibiotik dan zat
kimia akan terdifusi dalam media agar sehingga dapat menghambat atau membunuh
mikroba.
Dasar Teori : Escherichia coli,
atau biasa disingkat E. coli, adalah salah satu jenis spesies utama bakteri gram
negatif.
Pada umumnya, bakteri yang ditemukan oleh Theodor Escherich ini
dapat ditemukan dalam usus besar manusia.
Kebanyakan E. Coli tidak berbahaya
tetapi beberapa dapat mengakibatkan keracunan makanan yang serius pada manusia
yaitu
diare berdarah
karena eksotoksin yang
dihasilkan bernama verotoksin. Toksin
ini bekerja dengan cara menghilangkan satu basa adenin dari
unit 28S rRNA,
sehingga menghentikan sintesis protein. Sumber bakteri ini contohnya adalah
daging yang belum masak, seperti daging hamburger yang belum matang. E. Coli yang tidak berbahaya dapat
menguntungkan manusia dengan memproduksi vitamin K2,
atau dengan mencegah bakteri lain di dalam usus. E. coli banyak digunakan dalam teknologi rekayasa
genetika.
Biasa digunakan sebagai vektor untuk menyisipkan gen-gen tertentu yang
diinginkan untuk dikembangkan. E. coli
dipilih karena pertumbuhannya sangat cepat dan mudah dalam penanganannya.
Uji sensitivitas bakteri merupakan suatu metode
untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk
mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Pada
umumnya metode yang dipergunakan dalam uji sensitivitas bakteri adalah metode
difusi agar yaitu dengan cara mengamati daya hambat pertumbuhan mikroorganisme
oleh ekstrak yang diketahui dari daerah di sekitar kertas cakram (paper disk)
yang tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme. Zona hambatan pertumbuhan inilah yang
menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap bahan anti bakteri (Jawelz,
1995). Seorang ilmuan dari perancis menyatakan bahwa
metode difusi agar dari prosedur Kirby-Bauer, sering digunakan untuk mengetahui
sensitivitas bakteri. Prinsip dari metode ini adalah penghambatan terhadap
pertumbuhan mikroorganisme, yaitu zona hambatan akan terlihat sebagai daerah
jernih di sekitar cakram kertas yang mengandung zat antibakteri. Diameter zona
hambatan pertumbuhan bakteri menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap zat
antibakteri. Selanjutnya dikatakan bahwa semakin lebar diameter zona hambatan
yang terbentuk bakteri tersebut semakin sensitif (Gaman, dkk. 1992). Zona
Hambat merupakan tempat dimana bakteri terhambat pertumbuhannya akibat
antibakteri atau antimikroba. Zona hambat adalah daerah untuk menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pada media agar oleh antibiotik. Zat antimikroba adalah senyawa yang
dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan mikrorganisme. Zat antimikroba dapat
bersifat membunuh mikroorganisme (microbicidal) atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme (microbiastatic).
Antibiotik adalah zat-zat kimia
yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri yang memiliki khasiat mematikan atau
menghambat pertumbuhan kuman-kuman sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif
kecil.
Antiseptik adalah zat yang biasa digunakan untuk menghambat pertumbuhan
dan membunuh mikroorganisme berbahaya (patogenik) yang terdapat pada permukaan
tubuh luar mahluk hidup. Contoh beberapa antiseptik yaitu: betadine, senyawa
kimia baik organik maupun anorganik banyak yang bersifat racun terhadap
mikroorganisme. Usaha manusia untuk mengatasi mikroorganisme penyebab penyakit
banyak menggunakan bahan kimia. Desinfektan
adalah zat kimia yang mematikan sel vegetatif belum tentu mematikan bentuk
spora mikroorganisme penyebab suatu penyakit. Desinfektan digunakan untuk
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada benda-benda mati seperti meja,
lantai, objek glass dan lain-lain. Kelompok utama desinfektan yaitu: fenol,
alkohol, aldehid, halogen, logam berat, detergen, dan kemosterilisator gas.
Cara kerja zat-zat kimia dalam mematikan atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme berbeda-beda antara lain dengan: merusak dinding sel, mengubah
permeabilitas sel, mengubah molekul protein dan asam amino yang dimiliki
mikroorganisme, menghambat kerja enzim, menghambat sintesis asam nukleat dan
protein, serta sebagai antimetabolit (Anonim 2009).
Alat dan bahan
:
·
Suspensi bakteri E.coli
·
Media mueller hinton agar ( MHA )
·
Disk
Antibiotik
: Vancomycin, Kanamycin, Trimethoprim.
Desinfektan : Sos, Wipol, Soklin.
Antiseptik
: Dettol,Rivanol, Betadin.
· Cawan
petri steril
· Kapas
lidi steril
Cara
Kerja :
1.
Siapkan biakan bakteri
2.
Buat suspensi bakteri : inokulasi biakan
pada media BHI (Brain Heart Infussion), inkubasi pada suhu 370C
selama 24 jam. Kekeruhan disetarakan dengan standard brown II
3.
Bagi daerah cawan petri menjadi 3
bagian, tulisi masing masing disk yang dipakai.
4.
Cawan petri tuangi media MHA , ratakan
tunggu sampai dingin jangan di goyang goyangkan.
5.
Inokulasi suspensi bakteri secara
perataan menggunakan kapas lidi steril.
6.
Biarkan 5-10 menit agar biakan terdifusi
ke dalam media.
7.
Letakan disk dengan pinset steril, atur
jarak masing masing disk.
8.
Bungkus dengan menggunakan kertas koran,
inkubasi pada suhu 370C selama 24 jam.
9.
Amati hasilnya dan ukur diameter daerah
hambatan.
10.
Hasil pengukuran dirujuk pada tabel,
tentukan sifat mikrobanya (resisten, intermediate, atau sensitif)
Hasil
Pengamatan
|

|

|

Pembahasan
:
Praktikum uji sensitivitas mikroba terhadap antibiotik
dan agensia kimia dengan metode difusi bertujuan untuk mengetahui obat-obat antibiotik
dan agensi kimia yang paling cocok (paling poten) untuk kuman penyebab penyakit
terutama pada kasus-kasus penyakit yang kronis dan untuk mengetahui adanya
resistensi terhadap berbagai macam antibiotik. Penyebab mikroorganisme resisten
terhadap antibiotik karena mikroorganisme tersebut resisten terhadap antibiotik
yang diberikan, akibat pemberian dosis dibawah dosis pengobatan dan akibat
penghentian obat sebelum mikroorganisme tersebut betul-betul terbunuh oleh
antibiotik
Alat yang di gunakan dalam praktikum yaitu cawan
petri yang telah disterilkan , kemudian dituangi media MHA, digunakan media MHA
karena media ini mempunyai komposisi tertentu yang cocok digunakan untuk uji
sensitivitas mikroba. Media MHA dituang sekaligus dalam keadaan hangat dan
berbentuk cairan ke dalam cawan petri kemudian didiamkan hingga rata memadat.
Lalu suspensi biakan cair diinokulasikan secara peraataan dengan kapas lidi
steril didiamkan selama beberapa menit agar suspensi bakteri terdifusi ke dalam
media agar , jika inokulasi tidak merata maka hasil sensitivitas setelah diberi
disk dan diinkubasi selama24 jam tidak akan memuaskan (tidak membentuk diameter
hambat yang bulat) , kemudian diberi
disk dengan mengatur jarak masing-masing disk agar tidak terlalu berdekatan.
Kemudian diinkubasi selama 24 jam dalam suhu ± 370C selama
diinkubasi bakteri yang telah diberi disk akan membentuk diameter hambat ,
diameter hambat inilah yang digunakan dalam menentukan sifat bakteri apakah
resisten, intermediet atau peka. Masing
masing disk memberikan zona hambat yang berbeda ukurannya.
Dalam praktikum kali ini menggunakan 3 macam disk yaitu antibiotik,
antiseptik dan desinfektan. Antibiotik yang digunakan dalam praktikum kali ini
adalah kanamycin, trimethoprim, Vancomycin. Diketahui bahwa bakteri resisten
terhadap trimethoprim karena mempunyai diameter hambat hanya 7mm dan peka
terhadap kanamycin dan vancomicin karena mempunyai diameter hambat 24mm.
Antiseptik yang digunakan dettol, rivanol, betadin. Dalam cawan
petri menunjukan bahwa bakteri resisten terhadap dettol karena tidak membentuk diameter
hambat 0mm. Pada disk betadin bakteri bersifat intermediet memiliki diameter
hambat 8mm dan bakteri peka terhadap rivanol karena membentuk diameter hambat
sebesar 15mm. Dan desinfektan yang digunakan adalah Sos, Wipol, Soklin. Pada
disk sos menunjukan bahwa bakteri peka membentuk diameter hambat sebesar 23mm
dan tidak membentuk diameter hambat pada wipol dan soklin.
Kesimpulan
:
E.colli peka terhadap antibiotik kanamycin dan
vancomycin dengan diameter hambat sebesar 24mm.
E.colli resisten terhadap trimethoprim daripada
kanamycin dan vancomycin dengan diameter hambat sebesar 7mm.
Jadi pada pengobatan infeksi bakteri E.colli
penanganan yang tepat adalah pemberian antibiotik kanamycin dan vancomycin.
E.colli peka
terhadap rivanol daripada betadin dan dettol.
E.colli resisten terhadap betadin dan detol daripada
rivanol.
E.colli peka terhadap sos daripada wipol dn soklin.
E.colli resisten terhadap wipol dan soklin daripada
sos.
Laporan
Praktikum
Mikrobiologi
Parasitologi
![]() |
||||||||||
![]() |
![]() |
|||||||||
|
||||||||||
|
0 komentar:
Posting Komentar